Alhamdulillah, di tengah sibuknya tugas kuliah yang biasanya datang menjelang akhir semester seperti saat ini, saya masih sempet ngeblog juga. Kali ini bahas yang agak serius nih, hehehehe. Yak seperti judul posting ini, korupsi. Pasti Masbro Mbakbro semua udah tau korupsi itu apa, hla wong tiap hari di televisi, koran, internet hampir pasti ada yang membahas korupsi. Emang negara kita tercinta Indonesia ini sedang dilanda ujian yang namanya korupsi. Mulai dari Pejabat yang di Jakarta sono sampai pejabat-pejabat daerah. Kayaknya korupsi masih susah untuk diberantas.
Yang menjadi pertanyaan saya dan mungkin Masbro Mbakbro, kenapa sih negara kita ini begitu susahnya menghilangkan yang namanya korupsi? seolah-olah korupsi ini udah menjadi budaya. Walaupun istilah budaya ini sebenarnya kurang tepat, karena budaya itu setau saya sesuatu yang baik dan indah. Apa sebenarnya akar permasalahan korupsi ini? Trus kenapa di judul posting ini saya juga menambahkan kata Pendidikan? Emang ada gitu hubungannya? Oke deh, sebelum saya menyampaikan gagasan atau ide saya (sekali lagi ini cuma opini saya ya, jadi spurane nek salah, hehehe), ada sedikit cerita yang juga melatarbelakangi saya menulis postingan ini.
Tepatnya, kemarin saya sedang duduk dengan salah satu teman saya, biasa ngobrol santai
Saya : "Hlo John (panggilan akrab ke teman), itu kasus korupsi lagi" (sambil nunjuk televisi)
Temen : "Iya ya, sebenarnya apa sih yang bikin banyak kasus korupsi di negeri kita?"
Saya : "Tau sendiri lah, mau jadi pejabat aja ngeluarin uang banyak, masuk partai butuh uang, salah satu sebabnya ya partai. Orang kita kebanyakan masuk partai buat cari uang, bukan untuk mengabdi ke negara"
Temen : "iya ya, bener juga, tapi menurut saya, kalau diamati lebih lagi, sebenarnya penyebab korupsi itu sistem pendidikan kita. Lihat saja, sejak kecil kita udah dipaksa harus curang, nyontek lah, itu lah."
Dari percakapan di atas lah saya jadi teringat, waktu dulu SMA saya pernah diskusi dengan Mas sepupu saya yang lebih dewasa, pembahasanya hampir sama. Dan waktu itu juga saya nyalahin partai. Dan dia ngasih opini kalau sebenarnya sistem pendidikan kita menjadi salah satu penyebab maraknya korupsi.
Trus hubungannya apa korupsi sama sistem pendidikan kita? berikut beberapa analisis saya (guayane, hehehe) tentang beberapa hal yang menurut saya menjadi penyebab perilaku korupsi akibat dari sistem pendidikan kita.
1. Pendidikan tentang kejujuran yang kurang
Emang, kejujuran adalah hal yang paling penting untuk melawan korupsi. Hla piye, korupsi itu kan bohong, lawannya bohong ya jujur. Namun dalam prakteknya, kejujuran masih disepelekan di pendidikan kita. Gampang aja, budaya mencontek itu udah melekat banget waktu kita sekolah. Saya yakin Masbro Mbakbro di sini pernah melihat atau bahkan melakukannya. Di sisi lain, kebanyakan sekolah masih menganggap perilaku ini sebagai hal yang biasa, akibatnya penanganannya masih dibawah kasus-kasus berat yang lain seperti tawuran dan bertengkar. Siswa didik biasanya hanya ditegur guru, tidak sampai dibawa ke BK atau mendapatkan skorsing. Kebiasaan kecil seperti mencontek ini lah yang dibiarkan kelak akan membentuk perilaku kita untuk melakukan tindakan tidak jujur seperti korupsi.
2. Lebih mementingkan hasil dari pada proses.
Pendidikan kita emang masih menganut penilaian berdasarkan hasil, bukan proses. Contohnya adik-adik kita yang ada di SMA dan SMP. Kelulusan mereka diambil dari hasil ujian nasional (walaupun sekarang udah melibatkan nilai raport), bukan dari proses mereka belajar bagaimana perkembangan mereka dari tahap-ke tahap. Akibatnya, adik-adik kita ini harus mengejar target untuk lulus ujian nasional. Dan sayangnya, ujian nasional ini masih terbatas pada bidang tertentu saja. Mungkin untuk siswa yang pandai di bidang akademik, gampang lah, tapi kalau siswanya pandai di bidang lain, misal keterampilan, olah raga, seni. Mereka pasti akan kesulitan. Akibatnya, mau tidak mau, adik-adik kita 'terpaksa' harus melakukan kecurangan-kecurangan untuk memenuhi kelulusan ujian nasional ini, seperti mencotek, membeli jawaban soal, dan yang lainnya.
3. Beberapa persepsi yang salah
Menurut saya, ada beberapa persepsi yang salah dalam sistem pendidikan kita ini sekarang. Salah satunya yaitu tidak lulus atau tidak naik kelas adalah akhir dari segalanya. Persepsi ini melekat baik di siswa, orang tua, bahkan pihak sekolah. Masbro Mbakbro mungkin bisa mencermati, untuk sekarang ini, sulit sekali menemui kejadian siswa yang tidak lulus atau tidak naik kelas. Persentasenya berkurang. Mungkin di lain sisi hal ini bagus karena menunjukan kualitas anak kita semakin bagus. Namun di sisi lainnya, hal ini akan membentuk persepsi bahwa jika kita tidak lulus atau tidak naik kelas, maka itu akhir segalanya. Siswa menjadi stres dan tidak mau sekolah karena malu. Orang tua juga menjadi malu. diperparah lagi, pihak sekolah kurang bisa menangani untuk siswa-siswanya yang tidak lulus atau tidak naik kelas, bahkan ada yang sampai dikeluarkan. Akibatnya, sekali lagi siswa mau tidak mau 'terpaksa' harus melakukan kecurangan-kecurangan agar tidak mengalami peristiwa tersebut. Bahkan untuk beberapa sekolah yang sudah memiliki nama, tidak jarang mereka melakukan kecurangan atau setidaknya secara tidak langsung tidak melarang (mendukung) tindakan-tindakan yang dilakukan siswa tersebut. Hal ini kontras dengan kondisi sekolah waktu Bapak Saya dulu, menurut beliau, jaman dulu, setengah kelas tidak naik kelas itu biasa, siswa mendapatkan nilai merah (menandakan jelek) di raport juga sudah biasa. Akibatnya, secara mental siswa menjadi lebih kuat. Sistem ini sebenarnya sudah kita temui di Sekolah Tinggi, mungkin Masbro Mbakbro yang udah kuliah juga tahu kalau mengulang suatu matakuliah bersama adik angkatan itu bukan sesuatu yang menakutkan. Jika sistem ini diterapkan pada level pendidikan yang lebih rendah (tentunya dengan beberapa penyesuaian), saya yakin akan merubah perspektif kita tentang tidak naik kelas atau tidak lulus. Bukankah kegagalan itu kesuksesan yang tertunda?
Yang ke dua, memukul sama rata kemampuan siswa, hal ini menurut saya termasuk yang paling fatal dan sekaligus menjadi tantangan bagi sistem pendidikan kita. Selama ini, materi pembelajaran yang diberikan kepada siswa menurut saya belum merata. Sistem pendidikan kita masih menonjolkan untuk beberapa bidang, terutama bidang matematika dan sains. Di sisi lain, tidak semua siswa bisa menonjol pada bidang tersebut. Hal ini diperparah dengan penilaian yang tidak sama rata, seperti ujian nasional yang masih terbatas pada bidang-bidang tersebut, bukan meliputi semua bidang. Ya lagi dan lagi, mau tidak mau, siswa 'terpaksa' harus berbuat kecurangan-kecurangan.
Kebiasaan melakukan kecurangan-kecurangan dan persepsi-persepsi yang salah semasa kita sekolah tadi, sedikit demi sedikit membentuk perilaku kita secara tidak sadar untuk melakukan kecurangan, tak terkecuali melakukan korupsi yang sekarang banyak menimpa pejabat-pejabat kita di pemerintahan. Hla piye, mencontek itu kan bohong, korupsi juga bohong, padha wae kan, sama saja, hehehe. Seharusnya, tindakan-tindakan tidak jujur mulai dicegah sejak dini, dan salah satunya melalui sistem pendidikan kita. Jangan sampai tindakan tidak jujur dianggap masyarakat sebagai sesuatu yang biasa dan terkesan tidak bersalah. Ya kan Masbro Mbakbro, hehehe.
Tentunya, hal ini bukan menjadi satu-satunya faktor, masih banyak faktor lain untuk penanganan korupsi seperti penegakan hukum yang lebih tegas, dan yang lainnya.
Walah, ora krasa wis nulis akehe ngene, okelah cukup sampai di sini aja Masbro Mbakbro. Tak henti-hentinya saya berharap, semoga negara kita tercinta ini, Indonesia bakal terbebas dari korupsi dan menjadi negara yang lebih baik.
Last, ambil tagline KPK : "BERANI JUJUR ITU HEBAT!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar