Rabu, 26 Februari 2014

Kopi Lelet, bagaimana cara ngleletnya?


Masih seputar kuliner nih, setelah postingan kemarin saya membahas apa itu Kopi Lelet. Kali ini saya mau berbagi sedikit tutorial (ciee, sok-sokan) bagaimana cara nglelet rokok pakai kopi. Seperti dipost saya kemarin, yang menjadi ke-khas-an Kopi Lelet ini yaitu ampas kopi yang dioleskan (bahasa Rembangnya : lelet) ke rokok.

Dalam hal ini (duh, bahasanya skripsi banget), alat maupun cara yang saya gunakan mungkin terlihat berbeda, tidak seperti yang ada di warung kopi. Kenapa bisa demikian (duh, skripsi lagi)? Karena saya juga masih amatiran plus ini saya praktikan bukan di warung kopi, jadi maaf ya Masbro Mbakbro kalau kelihatannya masih gak rapi, itu pakai-pakai piring segala. Anggaplah ini DIY=Do Your Self, hehehehe.

Berikut bahan-bahan yang perlu Masbro Mbakbro siapkan yaitu :

-Kopi Lelet yang sudah disedu
-Rokok yang bakal di lelet
-Krimer atau susu kental manis
-Tisu secukupnya (2-5 lembar)
-Piring atau tatakan cangkir/gelas.

Bahan utama : Kopi, Krimer/Susu Kental Manis, Rokok.


Kok ada tisu segala? Trus itu krimer buat apa? Sek...sek...sek, slow Masbro Mbakbro, entar Masbro Mbakbro juga bakal tahu sebenarnya buat apa bahan-bahan tersebut.

Kita mulai aja tahapan-tahapannya, mangga bekicot...

Pertama-tama, kopi yang udah disedu tadi Masbro Mbakbro habisin dulu sampai nyisa ampas kopinya.

Selanjutnya, tuang ampas kopi tadi di atas piring atau tatakan cangkir/gelas.

Tuangkan ampas kopinya


Kemudian keringkan ampas kopi tadi dari kandungan airnya. Nah, disini nih tisu berfungsi sebagai pengering. Ngeringinnya sampai ampas kopi mengendap.

dikeringkan dengan tisu

Setelah Kering

Setelah itu, tambahkan sedikit (aja) krimer, kemudian aduk-aduk sampai tercampur. Di sini krimer fungsinya sebagai perekat sekaligus penambah aroma.

Tambahkan sedikit krimer/susu kental manis


Kemudian, lelet-kan (oleskan) campuran ampas kopi dan krimer tadi ke rokok. Buat Masbro Mbakbro yang pertama kali mencoba mungkin akan sedikit kesulitan. Saran saya gunakan sendok teh (ukurannya yang kecil) untuk mengoleskan ke rokoknya. Ngolesinnya juga dikit-dikit aja. Ojo kesusu, hehehe....


Oleskan ke rokoknya


terakhir, angin-anginkan rokok terlebih dahulu biar kering.

Tunggu sampai kering


Simpel dan mudah kan? Tentunya Masbro Mbakbro bisa mempraktekan sendiri di rumah ketika sedang nyantai. Rasa dan bau ampas kopi dicampur krimer tentunya bakal menjadi sensasi berbeda buat Masbro yang rokok (Mbakbro jangan ikut-ikutan ya, hehehe).

Buat Masbro Mbakbro yang nggak ngrokok tentunya gak usah kawatir, nikmatin kopinya aja udah enak dan berbeda. Apalagi buat Masbro Mbakbro yang doyan ngopi, kudu coba Kopi Lelet, saya jamin bakal dapat sensasi yang berbeda.

Sampai di sini dulu sharing tentang Kopi Leletnya, semoga bermanfaat :)

Minggu, 16 Februari 2014

Kopi Lelet, kopi khas Rembang

Alhamdulillah, setelah satu bulan lebih gak coret-coret di blog, akhirnya saya bisa  coret-coret lagi. Sesuai salah satu janji saya di blog ini yaitu saya bakal cerita kuliner-kuliner yang pernah saya jumpai, khususnya di Bandung dan di Rembang. Untuk pertama kalinya saya akan membahas Kopi Lelet (Baca : kopi Lèlèt), minuman khas Rembang. Mungkin Masbro Mbakbro masih asing dengan kopi yang satu ini. Tapi buat Masbro Mbakbro yang tinggalnya di sekitar Rembang,saya jamin  udah nggak asing dengan Kopi Lelet.

orang lagi nglelet rokok (sumber)

Yak, budaya ngopi emang udah menjadi kebiasaan orang asia tenggara (katanya sih), terutama di Indonesia. Setiap daerah punya jenis kopi dan cara penyajiannya. Hla, Kopi Lelet inilah salah satu dari berbagai jenis tersebut. Ngopi menjadi salah satu cara relaksasi orang setelah capek berkutat dengan kegiatan sehari-hari. Selain nyruput kopi, orang bisa saling bertemu dan ngobrol dengan yang lainnya. Untuk di Rembang sendiri, Kopi Lelet udah menjadi salah satu identitas dan tradisi. Di jalan-jalan banyak ditemui warung kopi. Terutama di Kecamatan Lasem, yang emang tempat dimana pertama kali Kopi Lelet Lahir. Kopi Lelet sendiri mulai muncul sekitar akhir 90’an atau awal 2000’an (pastinya nggak tau) sebagai salah satu bentuk kreatifitas Wong Rembang.

Untuk jenisnya sendiri, Kopi Lelet sebenarnya nggak identik dengan jenis kopi tertentu (setau saya), tapi ciri khasnya, tekstur bubuk Kopi Lelet lebih halus dengan kopi yang lain. Kira-kira sehalus tepung terigu (gilingnya aja sampai tujuh kali lebih). Kalau Masbro Mbakbro baru mencoba, mungkin saat minum Kopi Lelet ampasnya akan terasa seperti ketika Masbro Mbakbro makan makanan yang terkena tanah, apalagi kalau nggak didiamin dulu.

Hla terus kenapa harus halus kayak gitu? Ini nih yang menjadi alasan kenapa namanya Kopi Lelet. Setelah Kopi Lelet diminum, sisa ampas kopi inilah yang kemudian dioleskan (bahasa jawanya : dilelet) di rokok. Tentunya nggak langsung dioleskan begitu saja. Pertama-tama, sisa ampas kopi dituang di lepek cangkir (piring kecil), kemudian sisa air yang masih ada dikeringkan dengan tisu (Masbro Mbakbro nggak usah heran kalau di warung Kopi Lelet banyak ditemui tisu gulung). Setelah kering, kemudian ditambahi sedikit krimer  yang biasanya disediain gratis oleh sang penjual. Krimer ini fungsinya sebagai perekat sekaligus memberi aroma. Campuran ampas kopi dan krimer inilah yang kemudian dioleskan ke rokok. Tentunya dengan dibikin halus, diharapkan kopinya bisa lebih melekat di rokok. Gak kebayangkan gimana kalau kopinya kasar, hehehe. Kalau pengalaman saya sendiri sih, rokok yang dilelet kopi itu secara rasa gak berubah, hanya aromanya (bau)aja yang lebih beda.

Memang kelihatannya kayak iseng-iseng aja ya Masbro Mbakbro. Tapi yaitulah namanya tradisi, berawal dari hal kecil dan sederhana, kemudian menjadi tradisi yang dilakukan banya orang. Tapi sekarang, Kopi Lelet juga udah dilombakan secara estetika, yaitu nglelet (oles) rokok dengan pola batik.

Sebagai info tambahan Buat Masbro Mbakbro yang kebetulan lewat Rembang, tepatnya Kecamatan Lasem (pantura). Masbro Mbakbro bisa beli bubuk Kopi Lelet di warung kopi Pak John yang udah melegenda. Lokasinya gambang kok, di Lampu Merah Masjid Raya Lasem, tinggal belok ke utara (ke kiri kalau dari arah Semarang) sekitar 50 meteran. Kalau Masbro Mbakbro lihat warung kopi sebelah kiri jalan warna merah dengan aksen putih hitam plus pengunjung yang rame (kalau nggak tutup, hehehe), hla itu tempatnya. Harganya pun terjangkau, terakhir saya kesana awal Februari 2014, harganya 22.500 rupiah per ¼ kilogram.

Warung Kopi Lelet Pak John yang melegenda (sumber)

Sampai disini dulu yah cerita tentang kopi khas daerah asal saya (Rembang). Harapan saya sih Kopi Lelet akan lebih dikenal masyarakat Indonesia lebih luas lagi. Dan tentunya tetap menjadi identitas Wong Rembang yang sederhana, tanpa harus ditumpangi hal-hal yang nggak baik semacam prostitusi, minuman keras, dll.